Konstruksi Bertahap pada perkerasan jalan lentur menggunakan analisa komponen Binamarga 87 / Metode SNI 1732-1989-F. memiliki satu lapis pondasi
bawah, satu lapis pondasi atas dan dua lapis permukaan, dimana kedua lapis
permukaan tersebut dari bahan aspal beton atau sejenis yang dikerjakan secara berurutan
dengan selang waktu tertentu menurut ketetapan yang ditentukan dalam proses desain.
Perlu dijelaskan disini, bahwa pada saat pekerjaan lapis permukaan kedua (sebagai lapis
tambahan), kondisi struktur perkerasan tahap pertama masih stabil. Hal inilah yang
membedakan pekerjaan konstruksi bertahap dengan pekerjaan peningkatan jalan (pekerjaan
lapis tambahan) karena pada pekerjaan peningkatan jalan, di akhir masa layan, struktur
perkerasan lama telah mencapai kondisi kritis / runtuh.
Manfaat dari desain konstruksi bertahap antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
- Memungkinkan peningkatan kondisi perkerasan dengan memperbaiki kelemahan setempat
yang dijumpai di antara konstruksi tahap pertama dengan tahap kedua.
- Jika terdapat kesalahan perencanaan atau konstruksi atau material lapis pondasi atau
lapis pondasi bawah, maka koreksi masih dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah.
- Jika beban lalu-lintas tidak dapat diperkirakan dengan baik maka penyesuaian desain
dapat dilakukan pada konstruksi tahap kedua.
- Konstruksi bertahap dipertimbangkan seandainya pendanaan pembangunan jalan juga
harus disediakan secara bertahap juga.
Namun, disamping manfaat tersebut terdapat juga kerugian yang dapat terjadi akibat
pentahapan konstruksi perkerasan, seperti misalnya :
- Kualitas lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah harus tetap baik sesuai dengan
persyaratan yang diminta.
- Karena konstruksi perkerasan tahap kedua diberikan pada saat struktur perkerasan tahap
pertama masih dalam kondisi yang baik, maka hal ini dapat memberikan kesan bahwa
jalan yang masih baik sudah dilapis kembali.
- Pembangunan konstruksi tahap kedua memberi dua kali gangguan lalu-lintas yaitu dalam
pengertian biaya transportasi total, gangguan terhadap kelancaran lalu-lintas tersebut
dapat meningkatkan biaya operasi kendaraan, biaya kelambatan perjalanan maupun biaya
kecelakaan.
- Beberapa utilitas jalan yang sudah dibangun ditahap pertama harus dibangun kembali
setelah tahap kedua, seperti marka, posisi rambu, dan fasilitas drainase.
Ketentuan dasar desain konstruksi bertahap menurut metoda Analisa Komponen adalah
bahwa periode desain tahap pertama harus ditetapkan tidak boleh lebih besar dari pada 50
% total masa layan.
Metode perencanaan konstruksi bertahap didasarkan atas konsep “sisa
umur”. Perkerasan berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama
mencapai keseluruhan masa “ fatique”. Untuk itu, tahap kedua diterapkan bila
jumlah kerusakan (cummulative damage) pada tahap pertama mencapai ± 60 %.
Dengan demikian sisa umur tahap pertama tinggal ± 40 %
Dengan demikian, beban lalu-lintas yang dipikul oleh struktur
perkerasan pada tahap pertama dan kedua berturut-turut adalah :
- LER1 = LER selama perioda 25 – 50 % dari masa layan.
- LER2 = LER selama perioda 75 – 50 % dari masa layan
Desain konstruksi bertahap sebenarnya didasarkan pada pendekatan analitis (teori unit
kerusakan), yaitu bahwa setiap kendaraan yang lewat akan menyebabkan derajat
kerusakan tertentu. Jika total nilai derajat kerusakan sama dengan 100 %, maka struktur
perkerasan dapat dikatakan telah mencapai masa layannya. Jadi, disini derajat kerusakan
dianggap sebanding dengan beban lalu-lintas (nilai LER).
Ketentuan konstruksi bertahap
- Pada akhir tahap pertama, struktur perkerasan dianggap masih memiliki sisa umur sebesar 40
%, atau :
X LER1 = LER1 + 40 % X LER1
- Dan didapat nilai : X = 1,67
- Jadi, nilai ITP untuk konstruksi tahap pertama (ITP1) dapat dihitung berdasarkan beban lalu lintas sebesar 1,67 LER1
- Konstruksi tahap pertama, tanpa pemberian konstruksi tahap kedua, akan mampu melayani
60 % dari total masa layan, atau :
- Y LER2 = LER1 + LER2
- = 60 % Y LER2 + LER2
- Dan didapat nilai : Y = 2,50
- Serupa seperti untuk ITP1, nilai ITP' total (ITPtotal)yang diperlukan untuk memikul beban lalu lintas selama masa layan dapat dihitung berdasarkan beban lalu-lintas sebesar 2,5 LER2
- Nilai ITP untuk konstruksi tahap kedua (ITP2) adalah :
- ITP2 = ITPtotal – ITP1
- Perhitungan nilai ITP1 dan nilai ITPtotal dapat didasarkan pada nomogram atau model struktur
perkerasan (persamaan). Demikian juga, struktur perkerasan tahap pertama dapat di desain
apakah dengan mengikuti salah satu skenario yang dilakukan pada konstruksi perkerasan
baru.
- Tebal lapis tambahan, sebagai pekerjaan tahap kedua dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
dimana :
Do = Tebal lapis tambahan
ao = Koefisien kekuatan relatif
Komentar
Posting Komentar