Perkembangan AI di Teknik Sipil

Konsep Desain Perkerasan Jalan [2]


 Pengenalan Prinsip Perkerasan Jalan

Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia dimana pergerakan orang dan barang dari satu tempat ketempat lain, dari asal ke tujuan, dari produsen ke konsumen dipicu oleh upaya pemenuhan kebutuhan dan berkomunikasi. 

Sebelum manusia mengenal hewan sebagai alat angkut, pada awalnya manusia sudah menetap berkelompok disuatu tempat, sehingga mulai mengenal jarak jauh dan dekat. Oleh sebab itulah dalam upaya mengatasi jarak inilah, manusia berusaha mencari jarak yang paling dekat dengan mengatasi segala rintangan yang masih dapat mereka atasi. Misalnya dengan meletakkan batu-batu disana sini pada daerah berlumpur agar dapat melompat lompat diatasnya dan bila melalui tanjakan yang curam, dibuat bertangga tangga.

Setelah manusia mengenal Hewan sebagai alat angkut, maka dimulailah awal konstruksi jalan. Bentuk Jalan yang bertangga tangga dibuat lebih mendatar. Batu-batu yang diletakkan dimana-mana ditempat tempat yang berlumpur, dibuat lebih rapih dan teratur sehingga menutupi seluruh tempat-tempat berlumpur tsb. 

Setelah manusia mengenal Kendaraan beroda sebagai alat angkut, bangsa Romawi pada abad ke 4 SM, telah membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3 – 5 feet (1.00 – 1,70 meter) dan lebarnya 35 feet ( 12 meter). Perkerasannnya dibuat berlapis-lapis. 


Perkembangan Teknik Perkerasan Jalan 

TELFORD 

Seorang Bangsa Inggris Thomas Telford pada akhir abad ke 18, menciptakan konstruksi dengan Prinsip “ Desak-desakan dengan menggunakan batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan (Manual)”. Dikemudian hari konstruksi ini dikenal sebagai system TELFORD. 

Mc Adam 

John Mc Adam (1756 – 1836), memperkenalkan konstruksi perkerasan dengan prinsip “ Tumpang Tindih” dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar ( 3 inch). Perkerasan sIstem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal. Selanjutnya sIstem ini dikenal sebagai “ Sistem Mc Adam”. 

Di Indonesia hingga saat ini masih digunakan dengan menggabungkan kedua system dimana untuk bagian bawah menggunakan sIstem Telford dan bagian atasnya menggunakan System Mc Adam. 

Kebijakan Desain.

Desain yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : 

  1. Menjamin tercapainya tingkat layanan jalan sepanjang umur pelayanan jalan. 
  2. Merupakan Life Cycle Cost yang minimum.
  3. Mempertimbnagkan kemudahan sat pelaksanaan dan pemeliharaan. 
  4. Menggunakan material yang effisien dan memanfaatkan material lokal semaksimal mungkin. 
  5. Mempertimbangkan faktor keselamatan pengguna jalan.
  6.  Mempertimbangkan kelestarian lingkungan.

Sistem Jaringan Jalan. 

Jaringan Jalan adalah satu kesatuan Jaringan Jalan yang terdiri atas sstem jaringan primer dan sIstem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarkis. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan Kereta Api, jalan lori dan jalan Kabel. 


Jalan sangat penting bagi perkembangan suatu Negara, karena jalan merupakan aliran urat nadi perekonomian sebuah Negara, karena begitu pentingnya adanya jalan tersebut maka diperlukan sebuah system jaringan jalan yang baik. 

Bagian-bagian Jalan. 

1. Ruang Manfaat Jalan. 

Ruang manfaat jalan meliputi badan Jalan, saluran Tepi Jalan dan ambang pengamannya. RUMAJA merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh kementerian yang berwenang. RUMAJA hanya diperuntukkan bagi median, pengerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap jalan lainnya. Tritoar hanya diperuntukkan bagi lalu-lintas pejalan kaki, walau pada prakteknya banyak digunakan untuk keperluan lain semisal parker atau tempat berjualan (Road Beneficiaries). 

2. Ruang Milik Jalan. 

Ruang Milik Jalan tersiri dari Ruang Manfaat Jalan dan sejalur tanah tertentu diluar RUMAJA. RUMIJA merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. RUMIJA diperuntukkan bagi RUMAJA, pelebaran jalan, dan penambahan lajur Lalu-Lintas dimasa yang akan dating serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan. 

3) Ruang Pengawasan Jalan. 

RUWASJA merupakan ruang tertentu diluar Ruang Milik Jalan yang penggunaannnya ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruang Pengawasan Jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. RUWASJA merupakan ruang sepanjang jalan diluar Ruang Milik Jalan yang dibatasi oleh Lebar dan Tinggi tertentu.


Sumber :Permen PU.No. 13 /PRT/M/ 2011 

Karakteristik Lalu Lintas

Pemahaman terhadap karakteristik lalu-lintas dimulai dengan memperkirakan volume lalu-lintas yang akan melewati ruas jalan termaksud beserta karakteristiknya selama masa desain perkerasan. Proyeksi lalu-lintas tidak hanya dikaitkan dengan volume lalu lintas mendatang namun juga mempertimbangkan jenis berat kendaraan yang akan melintasi ruas jalan tsb. Analisis Lalu-lintas merupakan kegiatan awal untuk memahami karakteristik lalu lintas yang akan melintasi ruas jalan rencana, didasarkan pada survai lalu-lintas yang factual. Volume lalu-lintas untuk keperluan desain perkerasan, dapat diperoleh dari sumber-sumber tsb dibawah ini :
  1. Mengacu pada pencacahan lalu-lintas berdasarkan Manual Pd T-19-2004-B, yaitu survai actual selama 7 x 24 jam. 
  2. Mengacu pada data-data lalu-lintas masa lalu. 
  3. Pada jalan dengan lalu-lintas rendah mengaacu pada nilai perkiraan Sub Bab 4- 10 MDP 2013 revisi 2016 
Tabel Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah

LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA (LHR)

Volume lalu lintas harian rata-rata ini merupakan jumlah kendaraan untuk masing-masing jenisnya. Secara umum jenis kendaraan yang berpengaruh terhadap tebal perkerasan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 

  • Truk atau kendaraan barang 
  • Bus atau angkutan penumpang umum. 
  • Mobil atau kendaraan pribadi. 

Khusus untuk jenis kendaraan truk, masih dibagi menjadi beberapa type berdasarkan konfigurasi beban sumbunya. Data jumlah kendaraan tersebut dapat diketahui melalui survey traffic counting (survey perhitungan jumlah kendaraan dengan menggunakan alat counter yang biasanya dilakukan selama 24 jam). Berdasarkan hasil survey tersebut, jumlah kendaraan dipisah berdasarkan masing-masing jenis dan tipe kendaraan seperti tersebut di atas. 

Data tersebut merupakan data kendaraan saat ini, padahal pada saat perencanaan diperlukan jumlah kendaraan sampai umur rencana  Untuk memperkirakan jumlah kendaraan tersebut dipakai perumusan pertumbuhan sebagai berikut: 

F = P(1+i)n 

Dimana: 
 F : jumlah kendaraan pada saat umur rencana 
 P : jumlah kendaraan saat ini 
 i : faktor pertumbuhan 
 n : umur rencana 

Untuk memperkirakan faktor pertumbuhan jumlah kendaraan dapat digunakan pendekatan sebagai berikut: 

  1. Pertumbuhan truk atau angkutan barang dapat didekati dengan angka pertumbuhan ekonomi daerah (Product Domestic Regional Bruto – PDRB) 
  2. Pertumbuhan bus atau angkutan umum penumpang dapat didekati dengan angka pertumbuhan penduduk
  3. Pertumbuhan mobil penumpang dapat didekati dengan angka pertumbuhan perkapita income (PDRB per kapita). 










sumber : 
Modul Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Metode-metode perhitungan tebal perkerasan jalan aspal
Buku Ajar Perkerasan jalan UGM
Perencanaan Teknik Perkerasan Jalan 1
Modul Dasar-dasar Survai dan Pengujian Geoteknik

Komentar