Perkembangan AI di Teknik Sipil

Stabilisasi Tanah

Tanah dasar merupakan bagian penting dari pekerjaan konstruksi karena tanah ini mendukung seluruh konstruksi yang berada diatasnya.
Pembangunan konstruksi tidak selalu berada diatas tanah dasar yang relatif baik, ada kemungkinan berada diatas tanah yang kurang baik. Akibatnya tanah tersebut tidak dapat digunakan sebagai lapisan dasar.
Stabilisasi tanah adalah alternatif yang dapat diambil untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada. Pada prinsipnya stabilisasi tanah merupakan suatu penyusunan kembali butir-butir tanah agar lebih rapat dan saling mengunci.

Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk mendapatkan tanah dasar yang stabil pada semua kondisi.

Metode-metode stabilisasi tanah:

STABILISASI MEKANIS

Stabilisasi mekanis adalah tanah yang telah distabilisasikan secara mekanis dan telah memiliki daya dukung tanah tertentu terhadap deformasi oleh muatan, disebabkan adanya kait mengait dan gesekan antar butir tanah serta daya ikat butir oleh bagian tanah yang halus/tanah liat.
Beberapa usaha penambahan kekuatan atau daya dukung tanah dengan stabilisasi mekanis seperti mengganti jenis tanah eksisting, mengatur gradasi tanah atau melakukan pemadatan.  


Stabilisasi Dengan Pemadatan

Untuk mengantisipasi tanah terutama bersifat ekspansif (kembang-susut) yang mengikuti kadar airnya maka diperlukan pemadatan (compaction) karena mempengaruhi daya dukung tanah.
Adapun untuk melakukan stabilisasi tanah dengan cara pemadatan diperlukan peralatan yang berfungsi untuk memadatkan tanah tersebut.
Alat-alat pemadatan yang dapat digunakan memiliki jenis yang berbeda untuk keperluan tipe pemadatan yang berbeda



Smooth steel roller (penggilas dengan permuakaan halus) seperti three wheel roller, tandem roller.







  • Pneumatic tired roller (penggilas roda ban angin)



    1. Sheep foot type roller (penggilas dengan kaki kambing)


      STABILISASI KIMIAWI

      Stabilisasi tanah secara kimiawi merupakan penambahan bahan stabilisasi yang dapat mengubah sifat-sifat kurang menguntungkan dari tanah. 
      Di dalam usaha stabilisasi tanah ini, dikenal banyak jenis stabilizing agent’s yaitu air sendiri di dalam jumlah yang tepat dan tanah lait dalam jumlah proporsional.
      Adapun stabilizing agent’s untuk tanah liat antara lain adalah kapur pasang, bitumen, dan lain-lain. 
      Stabilizing agent’s yang disebutkan tadi merupakan bahan-bahan yang menghasilkan produk yang baik sesuai dengan tujuan penstabilan tanah yang bersangkutan, derajat peningkatan mutu dan mudah dikerjakan

      Stabilisasi Tanah Dengan Bitumen

      Stabilisasi dengan bitumen digunakan dengan cara mencampur tanah dengan bitumen hingga kedalaman tertentu.
      Stabilisasi digunakan dengan cara menyemprotkan minyak pada permukaan dan membiarkannya terserap. Merupakan cara stabilisasi dengan bitumen yang mula-mula dilakukan.
      Bitumen dan material berbutir akan mencegah absorpsi air ke dalam tanah. Untuk meningkatkan penetrasi dan adhesi terhadap tanah, bitumen biasa dicampur dengan tanah sebagai emulsi, cut-back, atau busa .
      • Stabilisasi clay (tanah yang kohesif) akan menghasilkan tanah yang lebih waterproof
      • Stabilisasi sand (tanah granular), bitumen berfungsi sebagai bahan pengikat

      Stabilisasi Tanah Dengan Semen

      Klasifikasi stabilisasi tanah dengan semen dibagi kedalam 5 tipe (kezdi,1979:108) yaitu:
      Soil-Cement. 
      Tipe stabilisasi tanah-semen ini merupakan tipe yang umum, dimana pencampuran tanah dan semen biasa digunakan untuk pondasi bangunan, perlindungan tanah terhadap erosi dan pembekuan tanah.
      Cement Improved Granuler-Soil Mix. 
      Stabilisasi tipe ini digunakan untuk mengurangi sifat kembang-susut dan plastisitas tanah yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya dukung tanah, dengan menambahkan semen sesuai yang diperlukan.  
      Cement Improved Silt-Clay Mix. 
      Penambahan kadar semen dilakukan secara bertahap dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan tipe 2 untuk mengurangi sifat kembang-susut tanah dan meningkatkan daya dukung tanah sesuai dengan kadar air yang ada di lapangan.
      plastic Soil-Cement. 
      Tipe stabilisasi ini digunakan untuk tanah dengan kadar air yang lebih tinggi misalnya untuk aliran irigasi, parit dan bangunan pengairan lainnya. Hasil stabilitas dapat memberikan perlindungan terhadap tanah dari erosi. 
      Cement-Treated Soil Pastes And Mortars. 
      Tipe ini digunakan untuk kondisi tanah dengan kadar yang sangat tinggi dengan cara menginjeksi campuran tanah-semen ke dalam tanah sebagai perkuatan. Pada umumnya ditambahkan beberapa bahan kimia pembantu. 

      Stabilisasi Tanah Dengan Kapur

      Metode perbaikan tanah dengan kapur salah satu alternatif usaha perbaikan tanah yang tidak memenuhi standar sebagai lapisan tanah dasar untuk perkerasan atau pondasi bangunan.
      Tujuan stabilisasi tanah dengan kapur yaitu meningkatkan akses di tanah basah (reaksi penguapan akibat campuran air dan kapur dalam tanah).
      Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan kelunakan tanah.

      Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya akan berkurang secara drastis karena butir kapur. 
      Kapur yang terdiri dari ion-ion Ca, Mg dan sebagian kecil Na dapat digunakan untuk :
      1. mengurangi sifat mengembang dari tanah 
      2. mengurangi plastisitas dari tanah 
      3. meningkatkan daya dukung dari tanah
      Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur :
      1. adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara partikel tanah.
      2. adanya proses sementasi ( antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung tanah menjadi naik ).
      3. stabilisasi tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung dan tidak efektif untuk tanah pasir.


      Metode stabilisasi menggunakan  geotekstil

      Geotextile meliputi woven (tenun) dan non woven (tanpa tenun). Tenun dihasilkan dari ‘interlaying’ antara benang-benang melalui proses tenun,
      sedangkan non woven dihasilkan dari beberapa proses seperti : heat bonded (dengan panas), needle punched (dengan jarum), dan chemical bonded (enggunakan bahan kimia).
      Baik woven maupun non woven dihasilkan dari benang dan serat polimer terutama : polypropelene, poliester, polyethilene dan polyamide.


      1. Woven Geotextile



      Woven Geotextile adalah lembaran Geotextile terbuat dari bahan serat sintetis tenunan dengan tambahan pelindung anti ultra violet yang mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, yang dibuat untuk mengatasi masalah untuk perbaikan tanah khususnya yang terkait di bidang teknik sipil secara efisien dan efektif, antara lain untuk mengatasi atau menanggulangi masalah pembuatan jalan dan timbunan pada dasar tanah lunak, tanah rawa.

      2. Non Woven Geotextile


      Geotextile (Geotekstil) Non Woven, atau disebut Filter Fabric (Pabrik) adalah jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau Polypropylene (PP).Non Woven Geotextile


      FUNGSI

      1. Filter / Penyaring
      2. Separator / Pemisah
      3. Stabilization / Stabilisator

      Geotextile juga biasa digunakan sebagai penanganan longsoran, pada struktur dinding penahan tanah, dan pada timbunan tanah.

      Komentar